Ini kata IDAI soal olahan ASI perah menjadi bubuk

Asosiasi Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan panduan tentang cara mengolah ASI perah menjadi bubuk. ASI perah merupakan sumber gizi terbaik untuk bayi, namun ada kalanya ibu tidak dapat menyusui langsung sehingga perlu menyimpan ASI perah untuk diberikan pada bayi di masa mendatang.

Menurut IDAI, ASI perah dapat diolah menjadi bubuk untuk mempermudah penyimpanan dan penggunaan. Proses pengolahan ASI perah menjadi bubuk dilakukan dengan cara mengeringkannya. Langkah pertama adalah menuangkan ASI perah ke dalam wadah steril yang telah disiapkan. Kemudian, wadah tersebut diletakkan dalam freezer selama beberapa jam hingga ASI beku.

Setelah ASI beku, wadah tersebut kemudian dipindahkan ke dalam lemari es selama 24 jam untuk mencairkan ASI. Setelah itu, ASI yang sudah mencairkan tersebut dihangatkan menggunakan teknik double-boiler atau di atas air panas namun tidak langsung terkena panas api. Setelah ASI mencapai suhu yang tepat, ASI dilembutkan dengan cara diaduk perlahan hingga kental dan kemudian dibiarkan dingin.

ASI yang telah diolah menjadi bubuk dapat disimpan dalam wadah tertutup dan diletakkan dalam lemari es untuk menjaga kebersihannya. Bubuk ASI perah ini dapat digunakan dalam waktu 24 jam setelah proses pengolahan dilakukan. Namun, jika tidak digunakan dalam waktu tersebut, sebaiknya ASI perah dibuang untuk mencegah kontaminasi.

Pengolahan ASI perah menjadi bubuk merupakan cara yang praktis untuk menyimpan ASI perah dan tetap menjaga kualitas gizinya. Namun, perlu diingat bahwa ASI perah yang diolah menjadi bubuk tidak boleh disimpan dalam waktu yang terlalu lama dan harus tetap diperhatikan kebersihannya. Sebagai orangtua, kita harus selalu memastikan bahwa ASI yang diberikan pada bayi adalah yang terbaik dan aman untuk dikonsumsi.